Purwantoro : Katiyem, Penderita Penyakit Aneh Sudah Enam Tahun Tubuhnya Harus Ditindih


PURWANTORO
Tak seorang pun di dunia ini yang menginginkan kehidupannya terkekang, baik secara fisik maupun mental. Tak terbayangkan bila kita manusia tak berdaya, bahkan hanya untuk menggerakkan kepala, karena yang datang adalah rasa takut dan sakit.
Adalah Katiyem (46), warga Dusun Pojok RT 03/IV, Desa Gondang, Kecamatan Purwantoro yang hidupnya terkekang. Sudah sejak enam tahun lalu dia tidak dapat bergerak bebas dan hanya bisa terbaring di atas kasur yang digelar di bawah.
Katiyem tinggal di sebuah bangunan rumah berdinding anyaman bambu. Berukuran kira-kira 5 x 11 meter. Di balik tirai tak jauh dari pintu masuk, tergolek Katiyem. Tubuhnya kurus, tanpa bisa bebas bergerak sesuka hati. Jangankan bergerak bebas, tanpa bantuan suami dan anaknya, tubuh Katiyem akan panas dan seketika itu juga akan berteriak-teriak.


“Harus ditindih seperti ini. Kalau dilepas nanti gragapan dan badannya panas ,” tandas Laman, yang saat itu menahan tangan kanan Katiyem, sementara salah satu anak perempuannya, Tukini (25) menindih dada ibunya dengan kaki kanannya sembari bersandar pada kursi.
Begitulah kehidupan sehari-hari keluarga Laman, sampai enam tahun lamanya. Pasalnya, jika salah tangan kanan atau dada Katiyem tidak ditindih ia akan menangis karena seketika itu juga rasa sakit mendera. “Badannya seperti diputar-putar dan seperti ditarik-tarik. Mata seperti ditusuk duri,” jelas Laman (59), suaminya.
Hafal Rasa Sakit
Sementara anak perempuannya yang bungsu, Sundari (13), duduk tak jauh dari bapaknya. Dia benar-benar sudah hafal dengan rasa sakit yang mendera bila salah satu atau kedua “bantuan” dari anak dan suaminya ditiadakan.
Bahkan hanya untuk beberapa detik saja, ibu yang awalnya hanya mengeluh pusing-pusing dan sakit pinggang selama dua tahun sebelum akhirnya seperti sekarang ini, tidak mau ambil risiko.
“Mboten, mboten,” rintih Katiyem dengan menangis karena suaminya ingin melepas rangkulan di perutnya.
Pengorbanan keluarga ini sangat besar. Laman hanya menggantungkan hidup dari bercocok tanam. Mengolah lahan dilakukan bila putri sulungnya, Sundari, sudah berada di rumah setelah pulang sekolah.
“Kata istri saya kalau Sundari kurang berat tindihannya, jadi masih merasakan sakit,” sambung bapak dari Sundari yang kini duduk di kelas XI SMP N 2 Purwantoro.
Keadaan Katiyem yang tidak bisa ke mana-mana membuatnya harus melakukan semua aktivitas di atas kasur. Termasuk saat buang air kecil dan buang air besar.
Segala upaya untuk kesembuhan Katiyem sudah dilakukan suaminya, bahkan hingga menjual tanah. Pengobatan pun sudah semua dijalani, mulai dari melalui paranormal, pengobatan alternatif dan medis, namun tidak membuahkan hasil. “Dokter juga bingung, karena memang tidak ada penyakit apa-apa,” lanjut Laman.
Ketua Komisi II DPRD, Marhendi menyarankan agar Laman memakai Jamkesmas untuk mengobatkan istrinya. Paling tidak agar bisa mendapat infus agar tubuh kurusnya itu segar.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

kasian amat ya si ibu.moga-moga lekas sembuh deh.
Numpang komen bos..maen ke blog ane
www.strov.co.cc