Larung Ageng di Sembukan Bersedekah demi turunnya hujan



Aroma kemeyan dan harum bau bunga mawar memenuhi ruangan di bangunan joglo Pantai Sembukan, Paranggupito, Wonogiri, Sabtu (19/12).

Di sisi selatan, deru ombak seakan memecah karang yang berada di pinggir pantai. Sementara ribuan warga berdesakan dan mencari tempat di tebing-tebing pegunungan yang ada di sekitar Pantai Sembukan tersebut.
Sekitar pukul 15.03 WIB, kirab sesaji Larung Ageng pun berjalan. Kirab dipimpin langsung Camat Paranggupito, Sularso didampingi Muspika Paranggupito. Di bangunan joglo sudah menunggu Bupati Wonogiri, H Begug Poernomosidi dan Muspida Wonogiri.


Empat paraga memikul kepala sapi, empat kaki dan ekor dan di belakangnya gunungan yang terbuat dari hasil bumi pun mengiringi langkah derap kaki masyarakat Paranggupito. ”Acara Larung Ageng sudah rutin digelar setiap tahun dan saya sudah berada di sini (pantai) sejak pukul 13.00 WIB,” ujar Ny Tuniyem, warga Paranggupito.
Menurutnya, acara rebutan hasil bumi yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Dijelaskan oleh Ny Tuniyem, masyarakat Paranggupito masih percaya tradisi ngalap berkah, sehingga saat rebutan gunungan yang berisi hasil bumi, dipercaya akan mendatangkan rezeki.
Ditambahkan oleh tokoh masyarakat Paranggupito, Sucipto, kepercayaan masyarakat adalah jika mendapatkan hasil bumi cukup banyak akan mendapat rezeki yang banyak pula. ”Keyakinan itu sudah berkembang sejak Mangkunagoro IV hingga sekarang. Namun untuk saat ini, masyarakat berharap hujan segera turun.”
Karenanya, sejak Kamis malam, masyarakat Paranggupito pun berdoa untuk turun hujan, namun ditunggu hingga tanggal 2 Muharam baru turun. ”Pagi tadi sudah hujan dan diharapkan terus berlanjut, karena sudah tiga pekan ini tidak turun hujan. Jika tidak hujan, tanaman petani akan habis,” jelas Sucipto.
Prosesi larung kepala sapi dipimpin oleh Bupati Wonogiri H Begug Poernomosidi. Saat berjalan ke tepian pantai dengan diikuti pembawa sesaji, Bupati langsung mengangkat tangan kanannya dan seakan-akan ombak pun surut. Begitu surut, empat pembawa sesaji kepala sapi, ekor dan kaki pun menceburkan diri ke laut untuk melarungnya.
Camat Paranggupito, Sularso menyatakan kegiatan Larung Ageng juga dimaknai sebagai simbol, Bupati membagi kebahagiaan dan kesejahteraan kepada masyarakat.
”Karenanya, sesaji gunungan dari hasil bumi tadi, sengaja dibagikan kepada masyarakat agar hidup sejahtera. Soal kenapa tidak seluruh badan sapi yang dilarung, untuk badan sapi sengaja dimasak untuk masyarakat.”

0 komentar: