Rusak pada 2006 Jembatan tak kunjung diperbaiki


Sidoharjo
Jembatan Sungai Keduwang sepanjang 25 meter yang menghubungkan Desa Mojoreno ke Desa Widoro dan Desa Tremes, Kecamatan Sidoharjo, kini dalam kondisi memprihatinkan.

Sejak dihantam banjir pada 2006, hingga kini belum pernah dapat anggaran perbaikan. Padahal, jembatan yang dikenal dengan nama Kedungsono itu sangat vital bagi masyarakat di tiga desa itu.

Setiap hari, jembatan itu ramai dilewati orang dan kendaraan, baik roda dua maupun roda empat. Tidak hanya yang ingin ke Desa Widoro atau Desa Tremes, tapi orang yang ingin ke Jatiroto pun banyak yang memilih lewat jembatan itu karena bisa memangkas jarak hingga beberapa kilometer. Tanpa jembatan itu, orang yang hendak menuju atau keluar dari Desa Widoro dan Desa Tremes, harus memutar sejauh lebih dari 10 km lewat Desa Sembukerep.
Kepala Desa (Kades) Mojoreno, Sardi, kepada wartawan, Rabu (13/1), mengungkapkan pihaknya sudah berkali-kali mengajukan anggaran untuk perbaikan jembatan itu ke Pemkab Wonogiri. Terakhir, saat penyusunan APBD Perubahan tahun 2009, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) dan DPRD telah melakukan peninjauan ke lokasi. Namun, ternyata saat APBD Perubahan disahkan, anggaran untuk pembangunan Jembatan Kedungsono tidak ada.
”Terus terang kalau warga sendiri yang harus berswadaya memperbaiki jembatan itu tidak akan sanggup. Perbaikan jembatan itu membutuhkan anggaran minimal Rp 125 juta. Selama ini, kami pemerintah desa dan warga hanya bisa mengusahakan untuk mempertahankan jembatan itu dengan memasang penahan dari bambu. Tapi itu kan tidak bisa bertahan lama,” jelas Sardi.
Dikhawatirkan runtuh
Sardi berharap pemerintah memperhatikan kondisi jembatan itu mengingat peran pentingnya bagi masyarakat dan menjadikan program perbaikannya sebagai prioritas. Dia menggambarkan setiap hari, ada ratusan bahkan mungkin ribuan warga yang lewat di jembatan itu. Setiap pagi, anak-anak sekolah mengantre agar bisa menyeberangi jembatan itu menuju sekolahnya. Jembatan Kedungsono hanya memiliki lebar 2,5 meter dan tidak bisa dilewati dua kendaraan sekaligus dari dua arah.
Sekretaris Desa Mojoreno, Sentot Purnomo, menambahkan jika tidak segera diperbaiki, jembatan yang dibangun pada 1970-an itu dikhawatirkan akan terus tergerus oleh air dan akhirnya runtuh. Sementara itu baik DPU maupun komisi DPRD yang membidangi sarana dan prasarana belum ada yang bisa ditemui maupun dihubungi untuk konfirmasi masalah tersebut.

0 komentar: